Dijamin tiada seorang pun yang pernah kuliah di kampus C, alias alumnus FPIK, sampai tidak tahu apa itu Radio Gema Samudera. Sebuah radio yang senantiasa disiarkan oleh para mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, terutama mereka yang dari jurusan ITK (C06) dan yang tinggal di Kampung Nelayan (C05). Oh ya, perlu diketahui sebelumnya C05 dan C06 adalah kode jurusan di FPIK dari 6 jurusan yang ada. Yang C05 adalah jurusan Manajemen Perikanan Tangkap (perikanan laut) dan yang C06 adalah jurusan Ilmu dan Teknologi Kelautan. Lalu tentang Kampung Nelayan akan dijelaskan di cerita ini.
Angkatan 34 yang sering bersiaran di radio itu memang tak terbatas hanya dari C06 dan C05 saja. Tapi teman-teman yang dari C01, C02, dan seterusnya, juga ikut meramaikan. Ya betul, radio Gema Samudera (GS) adalah milik bersama warga FPIK. Dan siaran malam, adalah hal yang cukup dinanti oleh para pendengar setia GS. Bukan kenapa-kenapa, tapi para penyiar malam radio GS adalah mereka yang selain seru karakter orangnya, populer atau banyak dikenal di kampus, juga lantaran selera musiknya sangat disukai banyak pendengar setia. Bahkan selera musik banyak orang.
Tak heran, mereka-mereka yang tinggal di sekitaran kampus IPB Dramaga dan radionya mampu menangkap siaran GS, pasti pada stay tune setiap malam. Soalnya lagu-lagunya asik-asik. Lagu yang populer di jaman itu atau sekitaran tahun 1999-2004, dimana angkatan 34 yang siaran masih bercokol di kampus. Oh ya, para penyiar sebenarnya tak terbatas hanya angkatan 34 saja, tapi ada angkatan di atasnya dan di bawahnya. Namun karena cerita ini lagi ngobrolin tentang angkatan 34, maka penulis memfokuskan cerita kepada saat-saat dimana angkatan 34 lagi sering siaran di GS.
Entah kenapa, pada tahun 2002, lagu "Soldier of Fortune" atau SoF jadi kembali ramai terdengar di radio-radio di Bogor. Padahal lagu itu rilis tahun 1974 loh. Dan malam itu, banyak yang me-request lagu SoF tersebut. Bagaimana cara me-request lagu di GS? Karena di saat itu komunikasi umum masih terbatas wartel dan SMS. Maka buat yang pulsa telfon seluler-nya masih banyak, mereka akan mengirim SMS ke penyiarnya (syaratnya harus kenal si penyiar). Tapi seringnya, sore setelah kuliah, si penyiar akan dapat titipan request lagu dari para pendengar setia.
Penulis sendiri pernah ikut siaran di GS tapi bukan sebagai penyiar tetap. Seperti dipaparkan sebelumnya, ada disebut "Kampung Nelayan" yang tak lain adalah tempat tinggal para mahasiswa C. Lokasinya di lantai 5 gedung FPIK. Banyak ruangan kosong di lantai 5, yang akhirnya atas seizin dosen, ruangan itu boleh ditinggali para mahasiswa yang ingin ngirit biaya kost. Warga Kampung Nelayan nyaris semuanya adalah pada mahasiswa C05 yang tidur, mandi, buang air, pokoknya layaknya orang tinggal hidup sehari-hari.
Penulis banyak mengenal warga Kampung Nelayan yang juga penyiar di GS. Malam itu, salah satu penyiar Kampung Nelayan meminta untuk ditemani siaran. Karena seharusnya dia ditemani oleh rekannya dari ITK, yang kebetulan sejak sore belum kembali dari Jakarta. Ternyata si teman siaran ini, memutuskan untuk bermalam di Jakarta, di tempat kerabatnya. Dia bilang akan kembali ke kampus Dramaga dari Jakarta langsung (berangkat subuh naik KRL).
Siaran pun berlangsung, penulis menemani penyiar. Diawali dengan menyapa para pendengar setia, akhirnya lagu perdana yang diputar adalah SoF tadi. Waktu demi waktu berlalu. Lagu demi lagu yang manis, dari mulai genre pop, rock hingga yang progressive dan alternative, telah diputar untuk dipersembahkan ke para pendengar setia.
Waktyu siaran malam dimulai pukul 19.30 dan berakhir di pukul 23.00 atau menjelang tengah malam. Sebagai lagu pamungkas, penulis dan penyiar sepakat untuk memutar lagi lagu SoF yang mengalun dan enak didengar malam-malam.
Karena setelah tengah malam, Radio GS tidak lagi terdengar dari jagat siaran, lantaran para penyiar besoknya harus kuliah. Dan selesailah sudah waktu siaran pukul 23.00 dan penulis kembali ke kost, di kawasan Babakan Raya I yang lokasinya mendekati Duta Berlian. Jadi penulis kost di area Babakan Raya I yang benar-benar paling timur dari kampus IPB Dramaga.
Sampai di kost, waktu menunjukkan pukul 00.12 atau lewat sedikit dari tengah malam. Karena badan sudah terasa penat dan ingin segera tidur, penulis biasanya menyalakan radio-tape mendengar siaran radio atau memutar kaset yang berisi rekaman lagu-lagu pilihan.
Buat mereka yang masih mengalami indahnya penggunaan radio, pasti tahu tipe radio yang tombol "tape" berada di paling bawah. Di atas menu tape, biasanya (untuk radio jadul) adalah menu Aux, MW (radio AM), dan FM. Sedangkan untuk radio-tape yang agak lebih modern, menu Radio-Tape terpisah dari menu FM-AM (MW). Seperti gambar di bawah ini.
Dan ketika penulis menurukan satu menu ke bawah alias ke menu MW, penulis seperti mendengar lagu SoF. Ya... Ternyata memang lagu itu enak didengar dan tidak membosankan. Mungkin lantaran itulah lagu ini jadi populer lagi. Penulis sendiri tidak tahu stasiun radio apa yang sedang memutar lagu SoF tersebut, tapi yang pasti adalah hal unik.
Karena gelombang radio MW atau AM, kebanyakan diisi oleh stasiun radio yang memutar lagu dangdut atau warta berita. Jarang-jarang ada stasiun radio di frekuensi MW yang memutar lagu yang trending.
Penulis sendiri senang mendengar radio MW karena untuk mendengarkan siaran berita. Hal itu lantaran karakter suara pembaca berita yang berwibawa, sering membuat tenang suasana hati.
Tapi penulis hari itu tidak mendapatkan yang dia cari. Dia malah mendapati alunan lagu SoF di radio MW tersebut, padahal yang dia inginkan adalah warta berita.
Tapi, penulis merasa tidak keberatan karena dia juga senang lagu SoF. Setelah lagu SoF selesai diperdengakan oleh radio misterius itu, lagu berikutnya pun diputar. Tapi ternyata, lagu yang diputar setelah SoF adalah lagu yang juga diputar di GS tadi (ketika penulis dan penyiar GS asal Kampung Nelayan sedang bersiaran). Penulis sempat agak terheran, karena kok list lagunya sama dengan yang tadi disiarkan. Tapi dia hiraukan dan memutuskan menikmatinya.
Setelah lagu kedua selesai, lanjut yang ketiga. Ternyata ya sama dengan yang diputar saat siaran tadi. Lagu ketiga persis adalah lagu yang diputar saat siaran tadi. Mulailah penulis merasa sedikit merinding bulu kuduknya. "Lho kenapa kok tiga lagu berderet-deret sama?"
Lagu pun didengar hingga selesai. Penulis kemudian berkata dalam hatinya, "Jangan-jangan lagu keempat adalah lagu yang itu..." Dan benar saja, lagu ke empat memang lagu yang sama dengan list yang mereka putar saat siaran. Penulis pun terperanjat dan langsung mencabut kabel listrik radio dari stop kontak listrik. Radio pun mati. "Kenapa radio AM ini seperti merekam apa yang kami putar tadi?"
Penulis akhirnya keluar dari kamar kost-nya dan beranjak menuju kamar kost temannya yang lain, yang kebetulan masih melek alias belum tidur. Untuk diketahui, rumah kost itu terdiri dari delapan kamar berderet, yang saling berhadap-hadapan. Empat kamar berhadapan dengan empat kamar lainnya, secara berseberangan. Di tengahnya, taman segi empat dengan ukuran panjang persis seperti lebar masing-masing kamar, yaitu 3 meter. Jadi, taman yang memisahkan kamar satu dengan kamar yang lain secara berseberangan itu, memiliki panjang 12 meter atau 3 meter dikali 4.
Kamar penulis ada di kamar nomor 2 dari utara. Sedangkan kamar si teman yang masih melek itu, ada di kamar nomor dua dari selatan namun berseberangan dengan kamar penulis. Berlarilah si penulis menuju kamar itu. Kepada sang teman yang masih melek itu, penulis menceritakan apa yang terjadi dan memohon agar dibolehkan menumpang tidur di kamarnya untuk satu malam itu saja. Tapi karena sang teman sedang tak ingin diganggu, dia pun meminta penulis untuk bersama-sama kembali ke kamar penulis. Di kamar penulis, dia meminta agar radio itu dinyalakan lagi. Dia ingin tahu, apa benar kejadian yang diceritakan si penulis itu.
Dia lalu menyalakan kembali radio, dengan mencolok kabel daya radio-tape itu ke stop kontak. Karena menu tombol masih di MW dan frequency tuning belum tergeser atau dipindahkan, akhirnya terdengarlah suara persis seperti pertama kali saat radio-tape dinyalakan penulis, sepulang dari siaran tadi. Terdengar suara stasiun misterius yang memutar lagu SoF. Lagu itu mengalun dan didengarkan dengan seksama oleh teman yang masih belum tidur itu. Melihat gelagat si teman, bulu kuduk penulis jadi berdiri. Dia memperhatikan si teman dan bertanya dalam hati, 'Kenapa dia jadi seperti orang yang tidur berdiri mendengarkan lagi ini?'.
Tapi mendadak penulis jadi terkejut. "Tuh! Tuh kan! Lagu itu lagi!"
"Kenapa lagu ini lagi yang terdengar!?" tanya penulis dengan nada gusar.
Dan yang lebih menakutkan, wajah teman si penulis yang tadinya seperti sedang menikmati lagu, seperti orang yang sangat menghayatinya, berubah menyeringai dan tertawa dengan pandangan yang misterius. Matanya melirik tajam, tapi tersenyum simpul dan tawa kecil keluar dari wajahnya. Penulis semakin ketakutan. Dia lari tunggang langgang keluar kamar, tak peduli pintu kamarnya jadi terbuka lebar, dengan si teman masih ada di dalamnya. Dia masih memberikan wajah seringai menakutkan ketika si penulis lari menjauh darinya.
Dan saat berlari panik, ternyata penulis tersandung batu di taman dan terjatuh dengan jidat terantuk ubin sebelah taman. Matanya pun nanar dan akhirnya pandangannya jadi gelap. Penulis pun pingsan. Entah berapa lama penulis pingsan, namun yang pasti saat terbangun, penulis sudah berada di Kampung Nelayan, yakni di lantai 5 kampus FPIK. Penulis pun terbangun dengan rasa kaget luar biasa.
"Eh, eh kenapa lu? Kok tiba-tiba bangun?" tanya penyiar Radio GS sambil terkejut. Penulis semakin heran, karena yang dia lihat adalah orang yang tak lain adalah penyiar yang mengajaknya siaran di malam seram itu. Penulis pun mengerenyitkan dari dan bertanya kepada dia, "Kok kamu lagi? Ini jam berapa sekarang?" Si penyiar pun menjawab, bahwa saat ini adalah pukul 19.00 WIB. "
"Apa?! Jam 19?" sergah penulis.
"Lah iya. Ayo sadar ah, lu gimana sih, sebentar lagi kan kita siaran," ungkapnya.
Penulis kembali merasa merinding di bagian tengkuk. Dia jadi teringat peristiwa malam itu di kost-nya. Mimik wajah penulis jadi ketakutan melihat sang teman yang juga penyiar itu. "Loh loh, elu kenapa?" tanya si penyiar. Penulis tak bisa berkata apa-apa, hanya bisa ketakutan dan menjauh. Si penyiar pun berkata lagi, "Makanya cuy, jangan tidur pas magrib deh. Jadinya lu kayak orang sawan gitu dah. Pasti lu belum sholat magrib kan? Lantaran ketiduran?"
Penulis pun mulai menyadari bahwa ternyata itu semua adalah mimpi. Mimpi yang rasanya sangat nyata. Memang penulis sempat merasa sangat penat pada saat menjelang magrib. Kemudian karena tak tertahankan, penulis pun memutuskan untuk memejamkan mata sejenak di Kampung Nelayan. Namun tak disangka tak diduga, penulis mengalami mimpi yang cukup mengerikan. Penulis seperti melihat apa yang akan terjadi di beberapa waktu ke depan...
0 Comments